2012/12/20

K-Fanfiction // Diverge Fate

Post by Ardhia Wirasti Farisda di 16.13
Title : Diverge Fate
Rate : PG +15
Genre : Hurt, little of comedy
Main cast :
·         Kim Hwang Ra
·         Park Jung Soo
·         Shin Hyena
·         Park Jung Min (Hwang Ra’s child)
_________________

Kasih sayang bukanlah barang yang bisa dipermainkan, bukanlah barang untuk menjatuhkan seseorang, bukanlah barang yang bisa diperjual belikan. Jangan mempermainkan kasih sayang jika kau tak mau dipermainkan oleh kasih sayang itu sendiri.
***

[Kim Hwang Ra P.o.V]
            Banyak yang bilang lelaki yang berhasil pasti ada dorongan wanita dibelakangnya, pemberi semangat dikala  pertahanan runtuh, ikut memikul beban dikala jatuh, begitupun sebaliknya. Sebenarnya siapa yang pertama kali mencetus kalimat itu? Aku sama sekali tidak membenarkan itu semua. Sungguh. Persetan dengan semunya yang pasti aku benci jika ada yang bilang kalimat itu. Benar-benar tidak sesuai dengan kehidupanku sekarang. Semua lelaki yang ku kenal itu ba*ingan. Bahkan appa dan namjachingu ku pun begitu. Appa ku telah menelantarkan eommaku saat ia sedang menghadapi penyakitnya. Seharusnya ia setia pada eommaku seperti kalimat yang kuucapkan sebelumnya ups maksudku kalimat yang kebanyakan orang ucapkan, ikut memikul beban dikala jatuh. Tapi apa? Dia menjauh dari kami. Dak ketika eommaku sudah benar-benar tiada, dia pergi tanpa jejak. Ah, aku muak. Dan ditambah lagi dengan namjachinguku yang kupikir setia, tapi ternyata salah besar. Dia brengsek. Dia pergi meninggalkanku dalam keadaan... Hamil. Bukan berarti aku murahan atau apa, lagi pula siapa yang menginginkan anak diluar ikatan pernikahan? Itu semua terjadi diluar kesadaranku. Ketika aku mengetahui dia telah melakukan itu padaku, dia bilang bahwa itu bukti cintanya, tulus. Tapi ketika mengetahui bahwa aku telah berhasil dibuahinya, dia tersenyum dengan air muka yang sulit dijelaskan. Lalu dia bilang, “pergi dan hilangkan janin itu. Bagaimanapun caranya” Siapa yang tak sakit mendengarnya? Oke aku mengerti, dia tidak menginginkan ini semua. Tapi bisakah ia membuktikan pernyataannya tempo dulu? Ah. Sebelum pertahananku runtuh, aku beranikan diri untuk membalas ucapannya. Berusaha untuk menjaga janinku walaupun aku belum menginginkannya hadir di kehidupanku sekarang. Tapi naluri keibuanku menyeruak hebat. Aku menyayangi janinku. Tepatnya janin kita. Tapi apa tanggung jawabnya sekarang? Dia mencampakkanku dan juga janin ini. Dia enyah begitu saja. Sekali lagi, brengsek. Dan mulai sekarang ku cetuskan, semua namja di dunia adalah ba*ingan
__________

            Sudah 8 tahun aku menjalani hidup ku sendiri. Eh? Berdua maksudku. Siapa lagi kalau bukan bersama anakku. Dia sangat manis dan tampan. Persis seperti.. ah, tak perlu ku sebutkan. Sekarang anakku sudah sekolah dasar, dan kalian pasti bingung dengan apa aku membiayai kebutuhan hidupku dan anakku. Aku berhasil bekerja di salah satu barber shop ternama di Seoul. Gini-gini aku pandai yang namanya memangkas dan mendandani seseorang. Tak ayal hasilnya pun bisa membuat pelanggan dan managerku tercengang. Ah, bangganya. Tidak sia-sia sepertinya mempunyai eomma yang pandai merias, ternyata bakatnyapun tersalurkan dengan sukses padaku. Gomawo eomma! Oh ya satu lagi, ini sangat penting. Managerku adalah seorang perempuan, jadi kalau kalian pikir ia laki-laki, cukup ingat pernyataanku sebelummnya. Aku masih trauma dengan laki-laki.
“Hwang Ra-ya, ibu itu ingin kau yang memangkasnya. Ppali” ucap salah seorang partnerku. “Ah, kau saja lah Hyena-ya” aku menjawab dengan malas, tapi Hyena tetap bersikeras memaksa ku “Ayolah, masalahnya ibu itu tidak mau dipangkas oleh ku. Cepat, jangan buat ibu itu menunggu” dengan langkah gontai aku menghampiri pelanggan ku. Ketika hendak mengambil pisau cukur, ponsel ku berdering
“Yeoboseyo”
“.......”
“Aishh~chakkaman! Tunggu eomma dulu, kau tidak boleh pulang sendiri arra?”
-Pip-
“Hyena-ah aku pergi dulu ne? Anak ku sudah pulang ternyata” aku meminta izin kepada Hyena agar menggantikan ku bekerja. “Ahjumma itu bagaimana?” Hyena berlagak kebingungan “Bilang saja aku sedang ada urusan mendadak jadi tidak bisa melayaninya” lagipula Hyena kan tidak kalah terampilnya dariku, pasti ahjumma itu mau “Arraseo” jawa Hyena malas “Kau hati-hati Hwang Ra, jangan mengebut” lanjutnya lagi. Aku hanya mengangguk dan mengacungkan ibu jari ku dan langsung bergegas ke arah parkiran
__________

[Park Jung Soo P.o.V]
            Jalanan kota Seoul begitu sepi, aneh. Mungkin akibat cuaca panas yang tidak mendukung ini. Lihat saja, dari jauh kota Seoul seperti terbakar. Yaa~ fatamorgana kurasa. Di dalam mobil ku yang full dengan AC pun pengapnya masih terasa, kerongkongan ku jadi ikut mengering. Ahh sepertinya aku harus membeli sesuatu yang segar untuk memanjakan kerongkonganku ini.
            Sepertinya ada kedai es krim di ujung jalan itu. Dan sebelahnya, sekolah dasar? Ah, tak apalah. Tak perlu malu. Lagipula kedai itu dibuka untuk umum, betulkan?
            “Ahjusshi, es krimnya satu ne!” aku memesan dengan semangat, ku edarkan pandangan ku ke penjuru kedai, aigoo isinya anak SD semua ck! “Ahjusshi! Aku ingin satu!” eh bocah ini menyerobot antrian es krim ku! aish jinjja! “Yayaya! Bocah! Kau curang!” lihatlah, bukannya meminta maaf dia malah menjulurkan lidahnya. Dasar bocah tengik!
            “Ini es krimnya tu-” yaaaak! Bocah itu menyerobot es krim ku! “Yaak! Ige punyaku!” pekik ku keras, masa bodoh dengan anak SD lainnya yang mentapku aneh. “Ah, sudahlah. Aku pesan satu lagi” “Mianhae tuan, tapi itu es krim terakhir” ucap ahjusshi dengan tampang berdosa. “Mwooo? Jinjja!” aku segera berlari mengejar bocah itu. Aku menginginkan es krim ku kembali!
            “Hei kau bocah kembalikan es krim ku!” daaaan HAP! Dia berada di dekapan ku sekarang. Aku menang! “Huaaaaaa ahjusshi pelit!” Mwoya? Pelit? Grrrrrr akan ku makan anak ini hidup-hidup! Kubalikkan tubuhnya dan ku hunuskan tatapan dinginku sembari menyejajarkan tingginya. Tapi, kenapa aku merasa ada yang aneh ya? “Eommmaaaaaa!” aaargh bocah ini kurang ajar. Dia berteriak tepat di depan wajahku. Bahkan cipratan es krimnya mengenai kelopak mataku! Dia langsung menginjak kaki ku “YAK! Aaau!” aku meringis kesakitan. Ahh hari ini benar-benar tidak beres!
            “Mian tuan, anakku memang agak nakal” agak nakal ibunya bilang?! Bukan agak tapi ini sudah keterlaluan! Aku berdiri sambil membersihkan celanaku yang kotor “Lain kali, ajari anakmu untuk sopan pada orang la--” aku tercengang. Sepertinya dia juga. Aku ingat, mata ini...
            “Sekali lagi mianhae tuan, mulai sekarang akan kuajari  dia. Permisi” dia pergi.. Aku yakin aku mengenalnya. Tapi, siapa?
            Aku gagalkan acara makan es krim ku tadi, sebenarnya bukan aku yang menggagalkannya tapi bocah itu yang menggagalkannya. Ah, lagi-lagi aku teringat oleh eomma anak itu. Wajahnya selalu berkelebat dipikiranku. Aku perlu mencari tahu siapa sebenarnya dia.
__________

[Kim Hwang Ra P.o.V]
            Aku benar-benar tercengang sekarang. Aku ingat, tidak mungkin salah. Dia.. dia... Ah andwe andwe! Kenapa aku gugup begini? Yaa shera pabo, aku harus pergi dari sini “Sekali lagi mianhae tuan, mulai sekarang akan kuajari  dia. Permisi” untungnya aku tidak terlalu jauh dari halte, jadi aku masih bisa mengejar bus yang sedang berhenti
            “Appo.. Waeyo eomma? Buru-buru sekali” gara-gara terburu-buru, pergelangan tangan anakku jadi memerah karna kupegang terlalu erat “Mian Minnie eoma tidak sengaja, lagipula apa yang kau lakukan dengan orang tadi huh?” tanyaku penuh selidik, “Tadi aku ingin es krim, tapi ahjusshi itu yang dapat duluan, habis itu aku serobot saja es krimnya dan dia-” “Marah! Iya kan?! Siapa yang tidak marah kalau haknya diambil begitu saja! Jung Min pabo!” serobotku tanpa ampun “Tapikan aku masih kecil eomma, kan kata orang yang tua harus mengalah” eoh? Darimana anakku yang masih bocah ini mendapatkan kata-kata itu? Omooo, kiamat sudah dekat! “Lain kali, jangan melakukan itu lagi, arra?” aku mengunjukkan jari kelingkingku, Jung Min pun mengaitkannya “Arraseo eomma!”
 ***
“Kyaaaa~ Minnie bogoshipooooo” Hyena menyambar anakku dengan paksa, apa dia tidak bisa membiarkan Jung Min-ku menghirup udara segar di salon ini? Ah sepertinya kebiasaan buruknya itu tidak bisa dihilangkan. “Hyena eonnie, aku se-saa-k”
“Mianhae mianhae, aku terlalu merindukan mu Minnie” aku bisa melihat Jung Min memegang dadanya kekeke “Minnie, kenapa kau menurut saja memanggilnya eonnie? Dia itu seumuran dengan eomma mu ini chagi” aku menatapnya sinis, kau kira anak ku bisa dia bohongi? Hyena-yaa kau ini sudah pantas dipanggil ahjumma -_- “Ya Hwang Ra-ah aku tau maksudmu apa! Kau ingin Minnie memangilku ahjumma kan?” wahhh deabak kau Hyena bisa membaca pikiranku! “Sekarang terserah Minnie saja, kau mau memanggilku apa?” tantang Hyena padaku “Aku sudah terbiasa memanggilmu eonnie walaupun kau sudah tua” Jung Min memberi penekanan pada kata terakhir, sudah tua. Hahaha tak apalah itu lebih baik “Aish, jinjja! Tak apalah, yang penting aku tetap menjadi eonnienya Minnie kekeke~” Hyena menjulurkan lidahnya, errr dasar ahjumma ganjen!
***
            “Minnie chagiya, kau hati-hati ne! Ingat, jangan pulang sebelum eomma menjemput mu!” aku mengecup puncak kepala Jung Min-ku sekilas. Dia tampak tidak betah. “Sudahlah eomma, jangan memciumku terus! Kalau ada yang melihat eottokke?” dasar anak jaman sekarang!  Kubilang juga apa, dunia akan kiamat! Aku ini eommamu nak.. “Ppali, masuklah! Sebentar lagi masuk”
            Aku menyusuri jalan menuju halte, sudah cukup ramai ternyata. Sembari menunggu, ku duduki tempat pemberhentian halte. Seketika badanku menegang ketika aku melihat dia.. Andwe! Namja itu bukan dia! Andwe!
__________

[Park Jung Soo P.o.V]
            Sudah kuputuskan , hari ini aku akan mencari tau tantang yeoja kemarin. Aku masih bingung, kenapa syaraf di otakku terasa berhenti jika memikirkan yeoja itu.
            Karena aku belum tau kapan anaknya masuk dan pulang sekolah, jadi aku mencoba datang lebih pagi. Aku akan mendekati anaknya terlebih dahulu, ku cari tau seluk beluknya lalu berlanjut ke eommannya.
            Sudah 4 jam aku menunggu di mobil, sampai-sampai ketiduran pula. Tapi batang hidung anak itu belum juga terlihat. Karena aku haus~ hei! Kenapa tidak terfikirkan dari tadi ya? Kenapa aku tidak menunggu di kedai es krim saja? Pabo pabo pabo!
            “Ahjusshiiiiiiii es krimnya satu neeee!” aigoooo memang benar-benar tidak tau sopan santun! Teriak-teriak seenak jidat saja! Tapi, tunggu.. Aku kenal suara ini! Ku edarkan pandangan ku untuk mencari si pemilik suara, dan ternyata benar!
            “Hei bocah!” aku mengayunkan telapak tangan ku diatas kepala, tapi kenapa dia diam saja? Aku berjalan mendekati tempat duduknya dan dia menatapku heran. “Kau lupa dengan ku? Kau yang kemarin mengambil jatah es krim ku. Apa kau lupa?” eh, dia malah menjauh dariku. Sepertinya dia ingin kabur dariku --‘
            “Kau tidak perlu takut seperti itu, soal kemarin seharusnya aku yang mengalah. Mianhae ne!” aku merangkul pundaknya agar tidak terlalu canggung. “Bagaimana kalau aku teraktir makan es krim? Mau tidak?” matanya mengerling seketika “Benarkah? Kau tidak mau menculikku kan?”
            “Kau tidak lihat penampilanku hah? Namja tampan begini mau menculik bocah seperti mu? Fikiran mu sudah terlampau jauh bocah manis” aku memaksakan untuk tersenyum walau sekarang rasa kesalku mulai meluap lagi seperti kemarin. “Kajja.. Aku tahu persis es krim yang enak disini. Biar aku yang pesan dan ahjusshi yang bayar ne!” aissh~ dasar bocah
***
            “Umm, jadi namamu Park Jung Min? Sama persis seperti marga ku” bocah ini berhasil aku introgasi secara lembut, hanya dengan es krim dengan lancarnya dia menjawab semua pertanyaanku. “Kalau boleh tau, siapa nama eomma mu?” dia sejenak berpikir, sepertinya dia mulai curiga dengan ku. “Kenapa kau bawel sekali ahjusshi?! Jika kau terus bertanya, kapan aku bisa menghabiskan es krim ini huh!”
            “Baiklah, aku mengerti. Habiskan dulu es krim mu, baru kau jawab!” aku memandang anak ini dengan seksama, dari dagunya, bibirnya, hidungnya, hingga matanya. Hitam kecoklatan. Matanya mengingatkanku pada seseorang. Dia....
            “Baiklah, aku jawab pertanyaanmu tadi. Kau mau tau siapa nama eomma ku?” aku mengangguk, dia menghela nafas barang dua detik “Namanya, Kim Hwang Ra” sontak mataku terbelalak hebat dan sedikit tersedak mendengarnya “Bisa kau ulangi sekali lagi?” tanyaku memastikan. “Namanya, Kim Hwang Ra! Nama yang indah bukan?” jawabnya ceria. Sedangkan aku? Hanya terduduk lemas dengan jantung yang berdetak hebat seperti mau keluar dari tempatnya.
            “Kau kenapa ahjusshi?” dia terlihat kebingungan. Aku pun sama bingungnya. “Anio” Akhirnya, ku berikan lagi pernyataan pamungkas untuk memastikan kalau eommanya benar-benar Kim Hwang Ra yeoja ku. “Kalau appa mu, siapa namanya?” mendengar helaan nafasnya yang begitu dalam, membuat jantung ku lagi-lagi berdetak tak karuan.
“Kata eomma ku, appa sudah meninggal sejak aku masih dikandungannya. Marga appa ku pun sama seperti margaku saat ini, Park. Dan sepertinya bukan aku saja yang sama, ahjusshi pun begitu”Aku hanya tersenyum miris sambil kembali memakan es krim ku yang hampir cair. Tidak salah lagi. Dia memang benar-benar Shera mantanku dulu, yang sempat aku... hamili. Dan yang didepan ku sekarang adalah anaknya. Park Jung Min. Marganya sama denganku, Park. Dan nama panggilannya pun mirip dengan ku, Jung Soo dan Jung Min. Apa dia benar-benar darah daging ku? Apa Shera mempertahankannya? Molla..
            “Sepertinya sudah sore, aku ingin meminta eomma menjemput ku. Apa kau mau bertemu dengannya? Dia baik, tidak menggigit kok kekeke~” Jung Min terkekeh pelan, melihatnya tertawa aku jadi melihat diriku sendiri. Ya tuhan.. aku ingin merengkuhnya sekarang! Mengecup keningnya.. menghirup puncak kepalanya.. dan, ahh. Aku tidak bisa mendefinisikannya dengan kata-kata.
            “Sepertinya lain waktu saja, aku pun ada perlu sore ini. Gomawo kau sudah menemaniku mengobrol hari ini. Kau pribadi yang menyenangkan ternyata. Bisakah kita mengobrol seperti ini lain waktu?”
            “Tentu saja! Ternyata kau baik juga ya, tidak seseram kemarin”
            “Haha kau bisa saja. Yasudah, aku pergi dulu!” barang sedetik aku beranjak dari kursi, tanganku di cegat oleh Jung Min. Dia mencium punggung tanganku. “Gomawo teraktiran es krimnya” “Cheonman” Chu~ aku mencium puncak kepalanya agak lama dan perasaan nyaman pun menjalar cepat di sekujur tubuhku
***
            Kuasa tuhan. Ya, hanya itu kurasa yang tepat menggambarkan ini semua. Aku yang sudah 8 tahun meninggalkan yeoja ku sekaligus tanggung jawabku yang telah menghamilinya, dan kami dipertemukan kembali dalam lingkup kehidupan yang 90 derajat berbeda. Aku benar benar brengsek. Aku benar-benar manyesali perbuatanku yang sangat hina. Seharusnya tidak begini. Ini pasti suratan tuhan, jalan yang diberikan tuhan untuk ku kedepannya. Geurae! Aku harus bertemu dengannya, meluruskan kesalahan yang dulu kita perbuat. Aku harus menikahinnya, harus.
__________

[Kim Hwang Ra P.o.V]
            “Tumben kau lama sekali meneleponku? Apa kau main dulu tadi? Eomma kan sudah bilang kalau kau ti-”
            “Hentikan eomma! Kau ini cerewet sekali. Akan ku jelaskan” aish~  berani-beraninya Minnie mengatai ku cerewet, dasar tidak sopan. Untung kau masih 8 tahun, kalau tidaaaak sudak ku cambuk bokongnya!
            “Lantas, waeyo?”
            “Tadi aku diajak makan es krim oleh ahjusshi yang kemarin aku serobot hehehe. Ternyata dia baik sekali loh eomma!” aku tersentak kaget, bagaimana tidak? Lelaki itu kan mirip dengan- apa jangan-jangan?!! “Lalu apa saja yang kau bicarakan dengannya? Apa dia bertanya yang tidak-tidak padamu huh?!” nafasku memburu, omonaaa kenapa jadi begini...
            “Eh? Ada apa dengan mu eomma? Ada yang salah dengan ucapan ku?”
            “Aniya, umm kau sempat berkenalan kan dengannya? Nuguya? Siapa namanya?”
            “Kalau tidak salah namanya itu.. Park—Park Jung Soo. Geurae, Park Jung Soo! Namanya mirip denganku bukan?” MWO?!! Park Jung Soo?! Andwe.. tidak mungkin. Ya tuhan....
            “Eomma? Kenapa jadi kaget begitu? Apa kau mengenal Park ahjusshi itu?”
            “Ah ani. Eomma tidak mengenalnya” “Memangnya, kalian membicarakan apa saja?” lanjut ku. “Banyak. Tapi ketika dia menanyai namamu, seketika raut wajahnya menjadi tegang dan pucat. Aku juga tidak tau mengapa”
 CRAP!
Naluri ku ternyata benar. Dia Jung Soo, namja yang membuat kehidupanku semakin kelabu. Ya tuhan, kenapa rasa sakit itu muncul lagi? Brengsek! Ba*ingan!
            “Ah sudahlah, tak perlu dibahas. Kajja, kita pulang”
***
            Kenapa jadi begini? Aku tidak tau harus senang atau sedih, suka atau benci, tapi rasa sakit lebih menguasai batinku sekarang. Aku menjamah selimut yang berada tak jauh dari jangkauan ku dan meletakkannya ke seluruh tubuh ku. Aku mohon tuhan, berilah aku petunjuk dalam mimpi nanti. Izinkan aku untuk bicara padamu sekali saja, aku benar-benar membutuhkan mu sekarang...
***
            “Sampai jumpa eomma! Aku masuk dulu, bye!”
Seusai mengantar Jung Min-ku ke sekolah, entah mengapa perasaanku jadi tidak enak. Perasaan ku bilang aku tidak boleh meninggalkan sekolah ini dulu. Padahal hari ini masih pagi, tapi perasaan ku sudah tidak enak saja. Kuputuskan untuk mampir sebentar ke kedai es krim langganan anakku.
“Hwang Ra-ah, kau kah itu?”

[Park Jung Soo P.o.V]
            Seperti kemarin, hari ini aku pergi ke sekolah Jung Min untuk bertemu dengannya lagi. Walaupun aku sudah tau kapan jam pulangnya, entah mengapa hatiku bilang bahwa aku harus kesana pagi ini. Aneh. Tapi tak apalah, toh aku bisa menunggunya di kedai es krim seperti biasa.
            Tepat jam 7 pagi aku sampai di sekolah Jung Min. Selesai memarkirkan mobil, aku pun turun dan bergegas ke kedai es krim. Dan lagi-lagi.. jantungku berdetak hebat. Aku bertemu dengannya lagi. Mataku tak mungkin salah lihat. Yeoja-ku..
            “Hwang Ra-ah, kau kah itu?” dia berbalik menghadapku, senyum ku pun mengembang tapi tidak dengannya. Dia hanya diam terpaku melihat keberadaan ku, tak lama tatapannya menjadi gusar. Seketika dia berlari menjauh, aku yakin dia shock.  Aku bukan namja bodoh, sudah pasti aku mengejarnya
            “Chakkaman Hwang Ra-ya!” dia berlari ke belakang sekolah, lebih tepatnya gang sempit dan kecil. Kau memudahkanku untuk menemukanmu Hwang Ra-ya..
Dan greeepp
            Dengan sekali gerakan aku merengkuhnya langsung ke dalam pelukan ku. Awalnya dia diam, tapi beberapa menit kemudian ia mulai berontak
            “Lepaskan aku!”
            “Shireo. Aku tak akan melepaskan mu”aku mengeratkan pelukanku. Tiba-tiba pundak ku basah. Hwang Ra.. menangis
            “Maafkan aku Hwang Ra-ya. Aku tidak bermaksud untuk meninggalkanmu sungguh” lanjutku lagi. Seketika ia melepas pelukanku dengan kasar. Dia menatapku tajam, tatapan yang penuh kebencian. “Neo!!! Brengsek! Ba*ingan! Tidak punya malu! Apa kau tidak tahu bagaimana perasaanku ketika kau meninggalkanku dan janinku yang masih muda?! Apa kau bisa membayangkan bagaimana susahnya aku menghidupi anakku hanya seorang diri?! Apa kau tau bagaimana perasaanku ketika anakku bertanya dimana appanya?! Kau tidak tau itu semua Jung Soo! Sialan!”
            “Maafkan aku, aku benar-benar menyesal akan perbuatanku selama ini. Silahkan keluarkan saja semua sumpah serapahmu. Silahkan jika itu bisa mengurangi sedikit rasa bencimu padaku. Yang perlu kau tau, aku kesini ingin memperbaiki semuanya. Aku akan bertanggung jawab. Sungguh! Maukah kau memulainya dari awal lagi bersamaku?”
            “Jangan harap begitu. Kau tau? Aku sudah menganggap mu MATI! Bahkan Jung Min pun begitu. Dia percaya kalau appanya itu sudah tiada. Hahaha” Hwang Ra tertawa seperti orang kesetanan. Aku benar-benar tak sanggup lagi, aku memang benar-berar kelewatan. Brengsek! Ba*ingan! Semua itu benar Hwang Ra, aku sudah tak layak hidup. “Kenapa kau diam Jung Soo! Kenapa!”
PLAAAK!!!
            Aku meraba pipiku yang mungkin sudah lebab akibat tamparan Hwang Ra. Ya, di menamparku. Tapi aku yakin, itu tak sebanding dengan rasa sakitnya selama ini. Aku menyerah..
            “Maafkan aku.. maafkan aku. Aku benar-benar tulus. Kau boleh anggap aku mati, terserah. Yang aku mau, kau memaafkan ku. Itu saja. Dan kau harus tau, Jung Min anakmu.. dia begitu manis, mirip dengan mu. Apalagi matanya, aku benar-benar merasakan kenyamanan saat menatapnya. Sebelum kau menganggap ku mati, bolehkah aku mencium keningnya? Hanya beberapa detik, sebelum aku benar-benar enyah dari kehidupan mu. Jebal...” aku menatap matanya sendu,  raga ku ingin sekali memeluknya, tapi ku urungkan itu semua. Aku tidak mau membuat Hwang Ra tambah membenciku. Ahh~ sepertinya pertahananku runtuh juga. Oh tuhan, tolong jangan buat aku menangis seperti ini! Menangis membuatku tambah kehilangan akal untuk tidak memeluknya. Aku benar-benar tidak kuat. Kaki ku lemas, aku jatuh dihadapan Shera saat ini. Aku benar-benar payah.
            “Kau boleh berhubungannya, tapi tidak dengan ku. Kurasa itu lebih baik”

[Kim Hwang Ra P.o.V]
PLAAAK!!!
            Ini benar-benar diluar kesadaran ku. Aku menamparnya. Entah dorongan apa, tangan ku dengan ringannya melayang mulus ke pipi Jung Soo. Kalut. Aku bingung mau bagaimana, fikiran ku sangat tidak jernih saat ini. Apa yang dibeberkannya barusan? Dia mau bertanggung jawab? Mau mengulangnya dari awal? Tch! Dia kira pernikahan itu main-main apa?!
            Tapi.. Aku sama sekali tidak melihat kebohongan di matanya. Tatapannya sarat akan ketulusan dan kejujuran, andwe andwe andwe!!! Aku tidak boleh terperangkap di jaring yang sama! Andwe!
            “Maafkan aku.. maafkan aku. Aku benar-benar tulus. Kau boleh anggap aku mati, terserah. Yang aku mau, kau memaafkan ku. Itu saja. Dan kau harus tau, Jung Min anakmu.. dia begitu manis, mirip dengan mu. Apalagi matanya, aku benar-benar merasakan kenyamanan saat menatapnya. Sebelum kau menganggap ku mati, bolehkah aku mencium keningnya? Hanya beberapa detik, sebelum aku benar-benar enyah dari kehidupan mu. Jebal...” matanya.. lagi-lagi tatapannya tulus, penuh harapan. Ya tuhan, apa aku tega menolaknnya? Aku harus berbuat apa sekarang? Sebenarnya, rasa sayang itu masih ada Jung Soo.. Di hati ku..
dan apa yang dilakukannya sekarang? Dia, menangis dan jatuh dihadapan ku, wajahnya tertunduk. Rasanya tanganku ingin bergerak memeluknya, tapi sebisa mungkin kutahan karena egoku lebih berkuasa saat ini. Uljima Jung Soo-ya, uljimaaa..
“Kau boleh berhubungannya, tapi tidak dengan ku. Kurasa itu lebih baik” setelah berhasil menguasai diri, akhirnya aku buka suara juga. Aku tidak boleh egois, bagaimana pun Jung Soo adalah appa kandung dari Jung Min. Aku tidak boleh memisahkan Jung Min dengan appanya. Ya.. benar, itu lebih baik.

0 komentar:

 

Evil Ardhia Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos